RotasiKepri.com ( Jakarta ) -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali memberikan respons positif soal perubahan jenis kelamin mantan atlet voli nasional, Aprilia Manganang. Menurut Menpora Amali, Aprilia harus diberi semangat untuk menjalani kehidupan dengan status barunya.
"Tentu kalau lihat dari perjalanannya , ini berbeda dengan kejadian-kejadian doping yang dialami oleh atlet. Kalau ini perubahan gender Aprilia dari perempuan menjadi laki-laki akibat hipospadia, penyakit yang sangat jarang kita kenal," ujar Menpora Amali pada acara program Kompas TV, Sapa Indonesia Malam, Rabu (10/3) malam.
"Sehingga saya kira kita juga harus memaklumi kejadian ini dan saya juga yakin bahwa Aprilia sendiri juga tidak tahu. Karena itu, kita tidak boleh menyalahkan atau memvonis bahwa, Aprilia menyembunyikan hal lain. Saya kira perjalanan dia sebagai atlet menjadi catatan sendiri buat kami. Dan tentu kita harus beri semangat buat Aprilia untuk menjalani kehidupan dengan status barunya," tambahnya.
Aprilia lahir di Sangir Talaud, Sulawesi Utara, tempatnya agak jauh bahkan lebih dekat dengan negara tetangga sehingga Menpora Amali paham apa yang terjadi. "Kita bisa pahami kejadian ini, karena Aprilia lahir di Sangir Talaud, Sulawesi Utara, tempatnya agak jauh bahkan lebih dekat dengan negara tetangga," ucapnya.
"Peralatan medis dan sebagainya tidak selengkap kota besar lainnya. Sehingga bisa jadi penanganan persalinannya mungkin tidak teliti atau memang peralatan tidak memadai. Mungkin kalau itu terjadi di Jakarta atau kota besar kejadianya lain lagi,"lanjutnya.
Menpora Amali berharap dengan kejadian Aprilia, atau untuk cabor apapun, kalau ada hal yang mencurigakan misalnya dari penampilan fisik, suara dan lain sebagainya perlu ada penelitian.Tetapi untuk kasus Aprilia berbeda, karena waktu masuk TNI AD sudah ada pemeriksaan yang selektif. Sehingga memang ini suatu yang tidak mudah.
"Jadi bagi stakeholder olahraga ini menjadi pelajaran penting sehingga kalau ada hal yang muncul yang mencurigakan tentu harus ada penelitian tersendiri tanpa harus membuat atlet merasa secara psikis terganggu. ( RK )
sumber: kemenpora.go.id
Posting Komentar